Apakah Ketika Ibu Merasa Depresi Si Kecil Juga Ikut Merasakannya? Berikut Penjelasannya

Menjadi seorang ibu adalahperan yang mulia, namun mempunyai tanggung jawab yang besar di baliknya. Diperkirakan 1 dari 9 perempuan yang baru saja mencetuskan merasa depresi. Kondisi ini rata-rata ditandai dengan evolusi suasana hati, kelelahan, dan berkurangnya minat pada akivitas sehari-hari.

Namun, perasaan tertekan dan stres tersebut tidak saja dirasakan sang ibu saja. Si kecil yang masih bayi pun merasakan urusan yang sama dengan ibunya. Mengapa demikian?


Kenapa perempuan yang baru mencetuskan sering merasa depresi?

Depresi yang sering terjadi pada perempuan yang baru saja mencetuskan dikenal pun dengan postpartum depression (PPD) atau depresi pascamelahirkan. Ada tiga hal yang mengakibatkan seorang ibu yang baru saja mencetuskan mengalami PPD, yaitu evolusi hormon, hal sosial, dan pun gangguan psikologis.

Perubahan hormon secara menyeluruh akan terjadi sesudah melahirkan. Walaupun tidak diketahui hubungannya secara pasti, kadar estrogen dan progesteron yang bertambah 10 kali lipat sekitar kehamilan tiba-tiba menurun tajam saat bayi dilahirkan. Perubahan kedua hormon reproduksi tersebut dapat memengaruhi keadaan hati.

PPD pun sangat rentan terjadi ketika seorang ibu pernah merasakan depresi sekitar kehamilan, kurangnya sokongan keluarga, atau mempunyai masalah medis sekitar kehamilan atau sesudah melahirkan.

Berdasarkan keterangan dari penelitian, bayi juga dapat merasakan saat ibunya merasa depresi

Dilansir dari laman Scientific American, suatu studi yang dilaksanakan oleh Nick Allen, seorang profesor psikologi di Universitas Oregon dan timnya menganalisis bagaimana depresi sang ibu dapat memengaruhi kesehatan anak. Di samping itu, mereka pun melihat bagaimana bayi merespons rasa stres yang dialami oleh sang ibu.

Sebanyak 48 ibu dan bayinya yang berusia 12 minggu menjadi partisipan dari penelitian sampai usia bayi menjangkau 18 bulan. Pada umur 6 dan 12 bulan, bayi diangkut ke laboratorium guna mengikuti sejumlah eksperimen, laksana memainkan ekspresi.

Sang ibu secara bergantian merespons dan bermain dengan riang dengan bayi. Kemudian, bersikap tidak peduli ketika bayi mulai terbawa dengan keadaan yang menyenangkan. Di samping itu, semua peneliti pun mengukur stres bayi dari sampel air liur untuk menyaksikan perubahan kadar kortisol, yakni hormon yang merangsang stres.

Dari studi tersebut, peneliti memutuskan bahwa fenomena depresi yang dialami sang ibu bisa memengaruhi kadar kortisol pada bayi. Jika sang ibu tidak menemukan perawatan, tingkat stres pada bayi pun akan meningkat. Pada akhirnya, stres bakal merusak sel-sel sehat di dalam tubuh dan dominan buruk untuk kesehatan serta pertumbuhan bayi.

Kenapa urusan tersebut dapat terjadi?

Masa bayi ialah periode yang paling sensitif. Artinya, bayi sangat gampang terpengaruh oleh apa juga yang terdapat di lingkungannya. Bayi membutuhkan kehangatan dan perhatian dari orang yang terdekatnya, khususnya sang ibu. Namun, ketika ibunya mempunyai depresi, gejalanya dapat menyulitkan sang ibu guna menjalin ikatan powerful dengan bayinya.

Efek buruk depresi yang dapat merusak kesehatan ibu dan pun bayi, mewajibkan sang ibu mengerjakan perawatan segera. Dokter akan menyerahkan pengobatan dan perawatan PPD yang aman untuk ibu sekitar menyusui.

Di samping itu, evolusi gaya hidup sang ibu juga dapat menekan fenomena depresi pascamelahirkan, laksana mempunyai waktu tidur yang cukup, teratur melakukan kegiatan fisik, serta tetap menjalin hubungan yang baik dengan family dan kawan atau sekedar menyediakan waktu untuk menggarap hal yang disukai.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Apakah Ketika Ibu Merasa Depresi Si Kecil Juga Ikut Merasakannya? Berikut Penjelasannya"

Post a Comment