Ini Pentingnya Menonton Film Sesuai Usia Anak, Orangtua Wajib Tahu
Ingin masa-masa liburan family lebih menyenangkan? Coba ajak si kecil nonton, entah tersebut nonton bioskop atau di TV lokasi tinggal saja. Namun ingat, tidak boleh asal memilih film yang bakal Anda tonton. Pastikan kelompok film yang hendak Anda tonton tersebut memang cocok dengan umur buah hati Anda. Kenapa anda harus memerhatikan kelompok film menurut usia anak?
Lembaga Sensor Film (LSF) telah tentukan rating film menurut umur
Setiap film diproduksi untuk dijual sesuai target pasarnya masing-masing, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Namun agar tidak salah pilih film guna anak, Anda mesti lebih dulu tahu dan mengetahui perbedaan antara setiap kelompok film menurut umur.
Dulu, penggolongan rating film terbagi menjadi tiga yakni “Semua Umur (SU)”, “Remaja (R)”, dan “Dewasa (D)”. Namun semenjak keluarnya Peraturan Pemerintah (PP) No. 18 Tahun 2014 mengenai Lembaga Sensor Film, klasifikasinya berubah lebih mendetail menjadi:
Semua Umur (SU), namun konten film mesti ramah anak.
- 13+: paling tidak usia saat menyaksikan film ini telah 13 tahun (ke atas).
- 17+: paling tidak usia saat menyaksikan film ini telah 17 tahun (ke atas).
- 21+: paling tidak usia saat menyaksikan film ini telah 21 tahun (ke atas).
Nah andai Anda lebih jeli lagi, rating film luar negeri sedikit bertolak belakang dari film lokal Indonesia. Di Amerika, penggolongan rating film menurut usia terbagi menjadi 5 kelompok yaitu:
- G (General Audiences), setara dengan “SU”
- PG (Parental Guidance) berisi konten atau bagian yang barangkali tidak sesuai ditonton anak kecil sehingga perlu pengawasan orang dewasa.
- PG-13 (Parental Guidance under 13) berisi konten atau bagian yang barangkali tidak sesuai ditonton sendirian oleh anak inginkan ABG sehingga perlu pengawasan orang dewasa.
- R (Restricted) dengan kata lain penonton di bawah umur 17 tahun mesti didampingi orang dewasa atau orangtua.
- NC-17 ialah film-film KHUSUS remaja 18 tahun ke atas dan orang dewasa. Remaja di bawah 17 tahun dan anak-anak kecil dilarang menonton.
- Saat di bioskop, Anda bisa melihat kelompok film tertera di posternya atau pada layar peringatan LSF di mula pertunjukan. Bisa pun bertanya pada petugas bioskop guna lebih jelasnya. Ketika melakukan pembelian DVD, cek kelompok film tersebut di sampul depan atau belakang kemasannya.
Bagaimana dengan siaran TV lokal?
Rating siaran TV ditentukan oleh KPI
Berdasarkan keterangan dari Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia (PKPI) dalam Pasal 33 PKPI 02 tahun 2012, siaran TV di Indonesia terbagi dalam lima klasifikasi umur penonton, yaitu:
- SU (semua kalangan di atas umur 2 tahun)
- P (anak umur prasekolah umur 2-6 tahun)
- A (anak umur 7-12 tahun)
- R (remaja umur 13-17 tahun)
- D (remaja 18 tahun ke atas dan orang dewasa)
- Anda dapat temukan kelompok film atau siaran layar kaca itu di sudut kanan atau kiri atas layar kaca Anda.
Kenapa anak mesti menyaksikan film cocok umur?
Film dan siaran televisi laiknya dua sisi koin yang berseberangan. Keduanya dapat jadi sarana pendidikan untuk meningkatkan wawasan anak. Namun di sisi lain, tontonan layar kaca dan layar lebar dapat juga membawa buruk pada kehidupannya terutama andai orangtua tidak cukup arif dalam memilah-milih konten yang cocok dengan usia anak.
Ambil misal sesederhana film yang punya rating 13+. Film ini boleh menampilkan cerita romansa ala anak ABG yang barangkali dimengerti oleh kalangan anak-anak SMP yang sedang dalam masa puber, tapi bikin anak SD umur 7-8 tahun misalnya? Segala kemelut dan konflik percintaan dari “cinta monyet” barangkali belum saatnya mereka pahami.
Terlebih, acara televisi maupun film yang kategorinya remaja atau dewasa ingin sarat adegan-adegan yang tidak patut disaksikan anak-anak. Mulai dari adegan kekerasan laksana tawuran, perilaku membias seperti menggunakan narkoba dan minum miras, bahasa yang kasar, pornografi, atau konflik lainnya.
Anak-anak belajar dengan teknik meniru. Nah, andai ia menyaksikan adegan perkelahian dari film yang ditontonnya bisa jadi besar ia akan mengekor hal tersebut. Apalagi perkembangan benak anak masih belum sempurna sampai-sampai masih belum paham mana urusan yang baik dan buruk.
Dilansir dari laman Science Daily, suatu studi yang yang didanai oleh National Institute on Alcohol Abuse dan Alcoholism, mengadukan bahwa anak kecil di bawah usia yang terbiasa menyaksikan film kelompok remaja ingin lebih barangkali dan lebih cepat guna mencoba-coba minum alkohol, merokok, dan seks bebas.
Di samping itu, film rekaan juga sering dicerminkan melebih-lebihkan kenyataan. Maka bukannya tidak mungkin menyaksikan film walau belum lumayan umur dapat menanamkan ekspektasi berlebihan dan cerminan buruk pada diri anak mengenai kehidupan nyata sampai-sampai mungkin memunculkan trauma, laksana ketakutan, kecemasan, atau mimpi buruk.
Lalu, apa yang mesti dilaksanakan orangtua?
Supaya akibat buruk dari film atau acara televisi tidak terjadi pada anak Anda, urgen untuk menggali tahu lebih dulu bagaimana evaluasi orang beda terhadap film tersebut. Banyak website online yang meluangkan informasi mengenai pemaparan film, baik tersebut kategori film, genre, maupun alur ceritanya.
Di samping menyeleksi film yang ditonton, perhatikan pun seberapa tidak sedikit waktu anak untuk dikuras untuk menyaksikan film atau acara televisi. Bukan melulu menonton film, menambah hubungan anak dengan kita juga dapat dilakukan dengan menyaksikan pertunjukan musik atau teater.
0 Response to "Ini Pentingnya Menonton Film Sesuai Usia Anak, Orangtua Wajib Tahu"
Post a Comment